Tentang Saya

BIODATA

  • NAMA LENGKAP : DIMAS PUTRA
  • TEMPAT LAHIR : DENPASAR BALI
  • TANGGAL LAHIR : 20 SEPTEMBER 2004
  • JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI
  • MOTO HIDUP : TERUS MELANGGKAH

RIWAYAT PENDIDIKAN

  • TK : TK DINIYAH LIMO JURAI SUNGAI PUA
  • SD : SDN 18 TANGAH KOTO SUNGAI PUA
  • MTS: MTSS DINIYAH LIMO JURAI
  • MAS : MAS DINIYAH LIMO JURAI

Abstrak

Karya Ilmiah ini disusun oleh Dimas PutraNID/NISN 131213060017200429/ 0047730893.Karya ilmiah ini berjudul Penafsiran Surah Al-Baqarah Ayat 145, diMAS Diniyah Limo Jurai, Sungai Pua,2023, berisi 42 hal.

Masalah yang dibahas dalam karya ilmiah ini adalah bagaimanapenafsiran para mufassirin tentang surah Al-Baqarah ayat 145? Batasan masalah dalam karya ilmiah ini adalah Qawaid Tafsir, Qawaid Lughawiyah dan Fawaid-Fawaid ayat yang terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 145. Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk untuk mengetahui penafsiran para mufassirin tentang surah Al-Baqarah ayat 145.

Dalam proses penelitian, penulis menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research). Jenis penelitian kepustakaan dengan mencari dan membaca buku-buku (literatur) yang berkaitan dengan permasalahan untuk meletakkan landasan teori.Penelitian ini menggunakan metode tahlili. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu, dengan mengumpulkan tafsir-tafsir yang berkaitan dengan masalah pembahasan, dan penulisan makalah ini dengan cara menelaah beberapa kitab tafsir secara maudhu’i yang berhubungan dengan pembahasandiantaranya:Tafsir Al-Jalalain, Tafsir Al-Maraghi, Tafsir An-Nur, , Tafsir mawardi Tafsir Al-Muyassar,Tafsir Al-Azhar,Tafsir Al-Jalalain dan Tafsir Al-Misbah.

Hasil pembahasan yang dikemukakan dalam karya ilmiah ini, adalahPenafsiran surah Al-Baqarah ayat 145 membahas tentang walaupun Nabi SAW membawa bukti dan argumen yang kuat kepada orang Yahudi dan Nasrani tentang perubahan kiblat dalam shalat, mereka tetap tidak mau mengikutinya selanjutnya Ayat ini menjelaskan pentingnya mengikuti kebenaran dan tuntunan Allah dari pada mengikuti hawa nafsu dan keinginan sendiri dan yang terakhir Ayat ini juga mengingatkan bahwa pengetahuan tentang kebenaran harus mendahului keinginan dan pendirian pribadi, dan bahwa mengikuti keinginan orang lain yang bertentangan dengan kebenaran adalah tindakan yang salah (zalim).

Pendahuluan

Latar Belakang Masalah

Bagian ini mengemukakan apa yang akan di bahas dari ayat yang sudah ditentukan untuk diambil faedahnya, dan bukan untuk mencari masalah yang harus dikaitkan dengan ayat.

Rumusan Masalah

Bagian ini menjelaskan pada ayat yang akan dilakukan penelitian. Rumusan masalah dirumuskan berdasarkan kepada ayat yang sudah ditentukan saja.

Tujuan Penelitian

Bagian ini memuat penjelasan tentang sasaran yang lebih spesifik dan hal yang menjadi tujuan penelitian.

Latar Belakang Masalah

> Al-Qur’an adalah firman Allah SWTyang luar biasayang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAWdengan menggunakan bahasa Arab melalui perantaraan Malaikat Jibril, yang sampai kepada kita dengan cara mutawatir, membacanya adalah ibadah, yang terkumpul diantara dua cover mushaf (awalan dan akhirannya), yang diawali dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas. Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang menjadi sebuah petunjuk bagi manusia untuk meletakkan dasar-dasar prinsip dalam segala persoalan kehidupan. Al-Qur’an berfungsi sebagai pedoman hidup dan petunjuk bagi umat Islam serta menjamin kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun akhirat kelak, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

ذلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْن

Artinya; “Kitab Al-qur’an ini tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”. (QS Al-Baqarah (2) : 2)

Sebagai sumber paling utama dalam Islam. Al-Qur’an menjadi sumber pokok bagi akidah, ibadah, etika dan hukum. Al-Qur’an mengandung perintah dan larangan, kisah-kisah terdahulu yang dapat diambil pelajarannya, petunjukkehidupan manusia, penjelas perkara dunia dan akhirat. Salah satu perintah yang menjadikan Al-Qur’an sebagai dalil ialah perintah mendirikan shalat.Menurut Imam Rafi’i dalam kitabnya Fathul Mu’in mendefiniskan bahwa shalat dari segi bahasa berarti do’a, dan menurut istilah syara’ berarti ucapan dan pekerjaan yang dimulai dengan takbir, dan diakhiri dengan salam, dengan syarat tertentu . Dalam perihal shalat terdapat ketentuan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi ketika melaksanakan shalat.

Salah satu syaratnya adalah menghadap kiblat. Para ulama menyepakati bahwa menghadap kiblat di dalam shalat merupakan syarat sah shalat. Dengan demikian mengetahui arah kiblat menjadi sangat penting bagi umat Islam karena terkait dengan sistem peribadatan . Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah ayat 144:

فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَام

Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil haram. (Al-Baqarah (2) : 144)

Pada ayat di atas Allah SWT memerintahkan memalingkan wajah ke MasjidilHaram. Pada awalnya arah kiblat menghadap ke Masjidil Aqsa selama kurang lebih 16 bulan. Asbabun nuzul ayat ini ialah dari Ibnu Ishaq berkata, “Ismail bin Khalid menuturkan kepadaku dari Abu Ishaq dari al-Bara’, ia berkata, “Dulu Rasulullah SAW shalat ke arah Baitul Maqdis dan banyak memandang ke langit menunggu perintah Allah. Kemudian Allah SWT menurunkan firman-Nya, “Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi, Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram.”

Turunnya ayat ini menetapkan arah kiblat umat Islam mengarah ke Masjidil Haram (Ka’bah), Penetapan ini memunculkan reaksi bagi kaum Yahudi dan Nasrani. Mereka menolak untuk mengikuti arah kiblat yang telah Allah SWT tetapkan, Sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 145:

وَلَىِٕنْ اَتَيْتَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ بِكُلِّ اٰيَةٍ مَّا تَبِعُوْا قِبْلَتَكَ ۚ وَمَآ اَنْتَ بِتَابِعٍ قِبْلَتَهُمْ ۚ وَمَا بَعْضُهُمْ بِتَابِعٍ قِبْلَةَ بَعْضٍۗ وَلَىِٕنِ اتَّبَعْتَ اَهْوَاۤءَهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَاجَاۤءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ اِنَّكَ اِذًا لَّمِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۘ .

Artinya: Dan walaupun engkau (Muhammad) memberikan semua ayat (keterangan) kepada orang-orang yang diberi Kitab itu, mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan engkau pun tidak akan mengikuti kiblat mereka. Sebagian mereka tidak akan mengikuti kiblat sebagian yang lain. Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah sampai ilmu kepadamu, niscaya eng-kau termasuk orang-orang zalim. (Al-Baqarah (2) : 145)

Ayat ini menjelaskan bahwa orang yang diberi Kitab (Yahudi dan Nasrani) tidak akan mengikuti kiblat Nabi Muhammad,Nabi pun tidak akan mengikuti kiblat mereka.Berdasarkan penjelasan tersebut penulis tertarik untuk menguraikan lebih rinci serta menjelaskan permasalah dalam bentuk karya ilmiah dengan judul “Penafsiran Surat Al-Baqarah Ayat 145.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, dapat dirumuskan hal yang menjadi pokok permasalahan dari pembahasan ini, yaitu:

  • Bagaimana qawa’id lughawiyah dan tafsir ayat surah Al-Baqarah ayat 145?
  • Bagaimana tafsiran para mufassirin terhadap surah Al-Baqarah ayat 145?
  • Bagaimana fawaid ayat surah Al-Baqarah ayat 145?

Tujuan Penelitian

1

Mengetahui qawa’id lughawiyah dan tafsir ayat surah Al-Baqarah ayat 145?

2

Mengetahui tafsiran para mufassirin terhadap surah Al-Baqarah ayat 145?

3

Mengetahui fawaid ayat surah Al-Baqarah ayat 145?