Tentang Saya

BIODATA

  • Nama : Hanifa Adiani
  • Jenis Kelamin : Perempuan
  • Tempat Lahir : Tangah Koto, Sungai Pua
  • Tanggal Lahir : 17 Oktober 2004
  • Motto Hidup : Hiduplah

RIWAYAT PENDIDIKAN

  • TK : Diniyah Limo Jurai
  • SD : SDN 18 Tangah Koto, Sungai Pua
  • MTS : MTsS Diniyah Limo Jurai
  • MAS : MAS Diniyah Limo Jurai

Abstrak

Karya Ilmiah ini disusun oleh Hanifa Adiani, NID/NISN 1312130600117200454/0043804076, Judul: Penafsiran Surah Al-Baqarah Ayat 243—245, MAS Diniyah Limo Jurai, Sungaipua, 2023, berisi 55 hal.

Masalah yang dibahas dalam karya ilmiah ini adalah bagaimana penafsiran para mufasir tentang surah Al-Baqarah ayat 243—245. Batasan masalah dalam karya ilmiah ini adalah Qawaid Tafsir, Qawaid Lughawiyah dan Fawaid-Fawaid ayat yang terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 243—245. Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk untuk mengetahui penafsiran para mufasir tentang surah Al-Baqarah ayat 243—245.

Dalam proses penelitian, penulis menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research). Jenis penelitian kepustakaan dengan mencari dan membaca buku-buku (literatur) yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam landasan teori. Penelitian ini menggunakan metode tahlili. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu dengan mengumpulkan tafsir-tafsir yang berkaitan dengan masalah pembahasan, dan penulisan makalah ini dengan cara menelaah beberapa kitab tafsir yang berhubungan dengan pembahasan, di antaranya: Tafsir Al-Maraghi, Tafsir As-Sa’di, Tafsir Ath-Thabari, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Tafsir Al-Munir, Tafsir Al-Azhar, Tafsir Al-Misbah, Tafsir Bahrul Muhit, dan Tafsir Bahrul ulum

Hasil dari pembahasan yang dikemukakan karya ilmiah ini, yaitu pada ayat 243—245 Allah SWT menceritakan kaum Bani Israil yang keluar dari kampung mereka karena rasa pengecut untuk membela tanah air mereka, sehingga Allah SWT mematikan mereka lalu menghidupkan mereka kembali untuk membangkitkan semangat berperang membela tanah air mereka. Allah menampakkan kekuasaanya dengan proses pembangkitan kaum ini untuk meyakinkan adanya hari kebangkitan di hari kiamat kelak. Allah menceritakan kisah ini agar generasi selanjutnya dapat mengambil pelajaran untuk tidak lemah dan saling menyatukan kekuatan untuk membangkitkan rasa keberanian terhadap musuh manapun atas landasan ajaran agam yang benar, tidak takut akan kematian. Meyakini takdir jalur hidup yang ditentukan oleh Allah adalah bentuk jiwa yang tidak takut melakukan pengorbanan dalam bentuk harta ataupun jiwa.

Pendahuluan

Latar Belakang Masalah

Bagian ini mengemukakan apa yang akan di bahas dari ayat yang sudah ditentukan untuk diambil faedahnya, dan bukan untuk mencari masalah yang harus dikaitkan dengan ayat.

Rumusan Masalah

Bagian ini menjelaskan pada ayat yang akan dilakukan penelitian. Rumusan masalah dirumuskan berdasarkan kepada ayat yang sudah ditentukan saja.

Tujuan Penelitian

Bagian ini memuat penjelasan tentang sasaran yang lebih spesifik dan hal yang menjadi tujuan penelitian.

Latar Belakang Masalah

Al-Quran adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya. Al-Quran mengandung semua hal, baik kehidupan dunia, pergaulan bermasyarakat, perbedaan antara hak dan batil serta lainnya. Di dalam Al-Quran, Allah SWT menjelaskan hukum yang dibarengi dengan illat, sebab, faedah, dan manfaat-manfaatnya, kemudian mengarahkan perhatian mukhtabin agar takut kepada-Nya yang telah menciptakan segala sesuatu. Salah satu bentuk perhatian yang dituangkan oleh Allah SWT dalam Al-Quran, yaitu tentang berita umat terdahulu agar dijadikan sebagai teladan dan contoh bagi umat Islam masa sekarang.

Berita umat terdahulu yang disuguhkan oleh Allah SWT salah satunya menyangkut hukum yang berkaitan dengan maslahat dan kepentingan umat; ditinjau dari segi bagaimana umat mempertahankan keberadaan dan kemerdekaannya melawan musuh yang menyerang, pengorbanan apakah yang dipertaruhkan seluruh potensi yang ada, baik harta maupun jiwa. Kedua pengorbanan tersebut sangatlah diperlukan untuk membela umat untuk memenuhi kepentingan bersama, menjujung tinggi nilai Islam agar kehormatan Islam tidak mudah diinjak oleh kaum kafir. Akan tetapi, jika peringatan tersebut berkaitan dengan kemaslahatan umat, biasanya gairah untuk melaksanakannya sangat sedikit karena kebanyakan dari manusia salah dalam memahami makna pengorbanan. Mereka dihantui rasa takut dan khawatir terlebih lagi apabila perngorbanan tersebut berkaitan dengan jiwa. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 243:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ فَقَالَ لَهُمُ اللَّهُ مُوتُوا ثُمَّ أَحْيَاهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ

Artinya: “Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halamannya, sedangkan jumlahnya ribuan karena takut mati? Lalu Allah berfirman kepada mereka, “Matilah kamu!” Kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah memberikan karunia kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak bersyukur”.

Menurut sebuah riwayat dari Adh-Dhahhak, kaum tersebut adalah kaum Bani Israil yang diseru oleh raja mereka untuk berjihad, tetapi mereka melarikan diri karena takut mati sehingga Allah SWT mematikan mereka lalu menghidupkan kembali supaya mereka tahu bahwa tidak ada sesuatu pun yang dapat menyelamatkan mereka dari kematian. Riwayat lain mengatakan sebab mereka keluar dari kampungnya karena ada wabah, sehingga mereka berbondong-bondong keluar dari kampungnya karena takut mati.

Terlepas dari perbeadaan pendapat para ulama, Allah SWT menghendaki kepada manusia agar memahami bahwa yang menghidupkan dan mematikan hanya Allah SWT, tidak yang lain-Nya; karena kematian adalah takdir yang ditetapkan Allah SWT maka tidak ada artinya seseorang takut mati atau menipu diri sendiri. Allah SWT menjadikan ayat ini sebagai pendahuluan bagi perintah-Nya kepada orang-orang beriman untuk berjihad. Orang beriman yang berjihad di jalan Allah SWT adalah dia yang berusaha meraih mati syahid dan menginfakkan hartanya.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membahas serta menjelaskan secara rinci tentang bagaimana sikap dalam menjunjung tinggi nilai agama Islam dengan berjihad; bagaimana pandangan Al-Quran dalam memaknai arti jihad, harta dalam bentuk apa yang diinfakkan di jalan Allah SWT, apa hikmah bagi orang yang berjihad dan menginfakkan hartanya di jalan Allah SWT. Pembahasan ini akan penulis rincikan sesuai surah Al-Baqarah ayat 243—245 dan bagaimana pendapat para mufassir yang ahli di bidangnya dengan sebuah karya ilmiah berjudul “Penafsiran Surah Al-Baqarah Ayat 243—245”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, dapat dirumuskan hal yang menjadi pokok permasalahan dari pembahasan ini, yaitu:

  1. Bagaimana qawa’id lughawiyah surah Al-Baqarah ayat 243—245?
  2. Bagaimana qawaid tafsir surah Al-Baqarah ayat 243—245?
  3. Bagaimana fawaid surah Al-Baqarah ayat 243—245?

Tujuan Penelitian

1.

1. Mengetahui qawa’id lughawiyah surah Al-Baqarah ayat 243—245.

2.

2. Bagaimana qawaid tafsir surah Al-Baqarah ayat 243—245?

3.

3. Bagaimana fawaid surah Al-Baqarah ayat 243—245?