Tentang Saya
BIODATA
-
Nama Lengkap : Iqbal Ath Thahir
-
Tempat Lahir : Pasar Tsis
-
Tanggal Lahir : 31 Juli 2004
-
Jenis Kelamin : Laki-Laki
-
Moto Hidup : Jangan Menyerah
Riwayat Pendidikan
-
TK : Ar-Raudah
-
SD : SDN 16 Seluma
-
MTS : MTS Pondok Pesantren Diniyah Limo Jurai
-
MA : MA Pondok Pesantren Diniyah Limo Jurai
-
Abstrak
Makalah ini ditulis oleh Iqbal Ath Thahir, NID/NISN: 131213060017/0050730868dengan judul Penafsiran Surah al Baqarah Ayat 213—214, di Pondok Pesantren Diniyah Limo Jurai, Sungai Pua, 2023, 2223344556666 40 hlm.
Masalah yang dibahas dalam karya tulis ini adalah penafsiranSurah al-Baqarah ayat 213—214. Penulisfokus membahas Qawaid tafsir, Qawaid lughah, dan fawaid ayat Surah al-Baqarah ayat 213—214 saja, dan tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui Qawaid Tafsir, Qawaid Lughah, dan Fawaid Ayat Surah al-Baqarah ayat 213—214.
Dalam proses penelitian, penulis menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research). Jenis penelitian kepustakaan dengan mencari dan membaca buku-buku (literatur) yang berkaitan dengan permasalahan untuk meletakkan landasan teori.
Penelitian ini menggunakan metode tahlili. Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, dengan cara menelaah beberapa kitab tafsir yang berhubungan dengan pembahasan. Penulis menggunakan beberapa kitab tafsir, diantaranya adalahTafsirul Qur’anul ‘Azhim, Tafsir al-Munir, Tafsir al-Maraghi, Tafsir as-Sa’adi, Hidayatul Insan bit Tafsir, Aisarut Tafasir, Shafwatut Tafasir, Asbabun Nuzul, Mu’jam ath-Thulab, Mafatihul Ghaib, Mu’jamul Lughah al-‘Arabiyah al-Mu’shirah, dan Ensiklopedia al-Qur’an.
Hasil pembahasan yang penulis kemukakan dalam karya ilmiah ini, Surah al-Baqarah ayat 213—214 menceritakan tentang awal mula terjadinya berpalingnya manusia dari menyembah Allah.Tadinya manusia merupakan umat yang satu.Satu akidah dan satu tujuan amal perbuatan, yaitu memperbaiki dan bukan merusak sesuatu. Maka untuk mengembalikan manusia kepada jalan yang lurus seperti semula, Allah mengutus para Nabi dan Rasul, salah satu diantaranya adalah Nabi Nuh AS yang diutus kepada umat yang pertama kali berbuat kafir di muka bumi. Allah SWT akan memberi ujian kepada hamba-Nya baik dalam bentuk kesenangan maupun penderitaan sebagaimana yang telah Allah SWT timpakan kepada umat-umat terdahulu sebelum kita. Termasuk kepada Nabi dan Rasul terdahulu yang Allah datangkan ujian kepada dirinya dan kaumnya dalam menengakkan kebenaran di tengah kekufuran yang merajalela.Allah SWT menguji hamba-Nya apakah mereka tetap bersyukur dan menyembah kepada Allah SWT di tengah penderitaan mereka atau mereka mereka berpaling dari Allah karena tidak mampu menahan penderitaan tersebut sehingga mereka menjadi kafir, maka saat itulah iman seorang hamba diuji dan dipertaruhkan.
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang luar biasa, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan menggunakan Bahasa Arab melalui perantara pembawa wahyu yaitu Malaikat Jibril, yang sampai kepada kita dengan cara mutawatir, membacanya adalah ibadah, yang terkumpul diantara dua cover mushaf (awalan dan akhirannya), yang diawali dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas. Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang menjadi pedoman dan petunjuk bagi manusia untuk meletakkan dasar-dasar prinsip dalam segala persoalan kehidupan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: ذلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْن Artinya ;“Kitab Al-qur’an ini tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”. (Q.S. Al-Baqarah ayat (2) : 2)
Al-Qur’an berisikan petunjuk tentang syari’at-syari’at agama Islam yang dijelaskan oleh Allah SWT dalam berbagai cara baik melalui kisah para nabi dan umat terdahulu, maupun Allah tetapkan secara langsung hukum syari’at tersebut di dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an juga berisikan kisah-kisah terdahulu untuk diambil ibrah dan hikmahnya. Salah satunya, ialah kisah penciptaan umat manusia. Pada dasarnya umat itu satu adalah Nabi Adam A.S dan Allah SWT ciptakan Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam A.S, dan Allah jadikan mereka untuk hidup berpasang-pasangan, serta Allah SWT jadikan di antara meraka keturunan. Sebagaimana yang telah tertulis di dalam Al-qur’an, Allah SWT berfirman : يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا Artinya: “wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri dan dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.(Q.S. An-Nisa (4): 1)
Manusia diciptakan dengan berpasang-pasangan, dan dari pasangan itu Allah SWT ciptakan juga keturunan bagi mereka.Setiap detik, jam, hari, ataupun tahun Allah SWT ciptakan dari mereka yang berpasang-pasangan itu keturunan. Manusia dahulunya adalah umat yang satu dan tidak ada perselisihan antara mereka, setelah berjalannya waktu, manusia berkembang pesat dari tahun ketahun. Hal tersebut menyebabkan manusia yang dahulunya umat yang satu menjadi berselisih paham dan pendapat, oleh sebab itu Allah mengutus Nabi dan Rasul untuk memberikan peringatan dan kebenaran dari apa yang umat manusia perselisihkan, serta memberikan petunjuk kapada umat manusia. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 213: كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةً ۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَمُبَشِّرِيْنَوَمُنْذِرِيْنَۖوَاَنْزَلَمَعَهُمُالْكِتٰبَبِالْحَقِّلِيَحْكُمَبَيْنَالنَّاسِفِيْمَااخْتَلَفُوْافِيْهِۗوَمَااخْتَلَفَفِيْهِاِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْ ۚ فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِاِذْنِهٖۗوَاللّٰهُيَهْدِيْمَنْيَّشَاۤءُاِلٰىصِرَاطٍمُّسْتَقِيْمٍ Artinya: Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan.Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri.Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan.Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.
Menurut Muhammad bin Umar pada kitab Mafatihul Ghaib menafsirkan bahwa satu umat dalam surah Al-Baqarah ayat 213 di atas bermakna umat yang satu dalam keimanan dan kebenaran, hingga terjadinya perselisihan dan perbedaan disebabkan pembangkangan terhadap perintah Allah SWT. Maka para Nabi diutus ketika terjadi perselisihan dan perbedaan tersebut. Pada surat Al-Maidah ayat 48, Allah mengemukakan kata yang sama dengan apa yang telah dikemukakan pada surat Al-Baqarah ayat 213, yaituأمة واحدةsebagai berikut: وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَآ اٰتٰىكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَۙ Artinya: “Kalau Allah menghendaki niscaya kamu dijadikan-nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak nnguji kamu terhadap karunia yang telah di berikan-nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.” Sehingga dapat dipahami berdasarkan ayat ini bahwa perbedaan dan keberagaman yang terjadi dalam kehidupan manusia merupakan hal yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT, Namun, perbedaan ini bukanlah hal yang membawa kerusakan, tetapi menjadi ujian yang diberikan Allah. Allah mengabarkan bahwasannya dia pasti akan menguji hamba-hambanya dengan kesenangan dan kesengsaraan. Serta kesulitan seperti ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang bencana seperti orang-orang terdahulu, guna menguji keimanan dan ketaqwaan mereka dalam menegakkan agama mereka. Sebagaimana Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 214: اَمۡ حَسِبۡتُمۡ اَنۡ تَدۡخُلُوا الۡجَـنَّةَ وَ لَمَّا يَاۡتِكُمۡ مَّثَلُ الَّذِيۡنَ خَلَوۡا مِنۡ قَبۡلِكُمۡؕمَسَّتۡهُمُالۡبَاۡسَآءُوَالضَّرَّآءُ وَزُلۡزِلُوۡا حَتّٰى يَقُوۡلَ الرَّسُوۡلُ وَالَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَهٗمَتٰىنَصۡرُاللّٰهِؕاَلَاۤاِنَّنَصۡرَاللّٰهِقَرِيۡبٌ Artinya: Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, "Kapankah datang pertolongan Allah?"Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat. Berdasarkan pemaparan diatas, penulis tertarik membahas lebih rinci bagaimana cobaan yang Allah berikan kepada umat manusia, bagaimana Allah mengutus para Nabi dan Rasul terhadap umat yang berselisih pendapat, pada karya ilmiah yang berjudul “ Penafsiran surah Al-Baqarah ayat 213—214 “