Tentang Saya

BIODATA
Nama Lengkap Intan Malika Zubaydah. Tempat tanggal lahir Bukittinggi, 25 Agustus 2004. Jenis Kelamin Perempuan. Agama Islam. Pelajar. Alamat Pincuran Baru, Limo Kampuang.
-
TK TUNAS HARAPAN KAPALO KOTO
-
SDN 04 KAPALO KOTO
-
MTsSPONPES DINIYAH LIMO JURAI
-
MAS PONPES DINIYAH LIMO JURAI
Abstrak
Intan Malika Zubaydah, NID/NISN 131213060017190393/0042878454 Judul Penafsiran Surah Al-Baqarah Ayat177, Pondok Pesantren Diniyah Limo Jurai, Sungai Pua 2022, 36 hlm.
Masalah yang dibahas dalam karya tulis ini adalah tentang penafsiran surah Al-Baqarah ayat 177. Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui penafsiran surah Al-Baqarah ayat 177. Proses penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan mencari dan membaca buku-buku (literatur) yang berkaitan dengan karya ilmiah ini.
Penelitian ini menggunakan metode tahlili. Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, dengan cara menelaah beberapa kitab tafsir yang berhubungan dengan pembahasan. Penulis menggunakan Tafsir Al-Qurtubi, Tafsir Al-Basith, Tafsir Al-Muyassar, Tafsir Al-Baghawi, Tafsir Al-Mawardi, Tafsir Al-Maraghi, Tafsir Al-Azhar, dan kitab tafsir lainnya.
Hasil pembahasan yang penulis kemukakan dalam karya ilmiah ini adalah tentang apa itu Al-birr dan apa yang dimaksud dengan menghadapkan wajah ke arah timur dan ke arah barat. Serta menjelaskan tentang ciri-ciri orang yang benar dan orang-orang yang bertakwa didalam surah Al-Baqarah ayat 177.
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Al-Quran adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang
mengandung petunjuk-petunjuk bagi umat manusia.Ia diturunkan menjadi pegangan bagi mereka yang
ingin mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Tidak diturunkan hanya untuk suatu umat
atau suatu abad, tetapi untuk seluruh umat manusia sepanjang masa.Oleh karena itu, luas
ajaran-ajaranya sama dengan luasnya umat.
Seluruh aspek kehidupan dunia dan akhirat telah dijelaskan dalam Al-Quran meliputi akidah,
syariah, petunjuk, peringatan, hingga dalam hal kebajikan. Salah satu ayat tentang kebajikan yaitu,
sebagaimana firman Allah SWT :
اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْوَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ الْاٰخِرَةِ لِيَسـُٔوْاوُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا مَا عَلَوْا تَتْبِي
Artinya :“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri.
Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian) itu untuk dirimu sendiri.
Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk
menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid (Masjidil Aqsa), sebagaimana
ketika
mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai”. (QS Al-Isra [17] :7)
Kebajikan pada dasarnya memiliki arti yang sama dengan kebaikan yaitu perbuatan baik,
jasa,
sesuatu yang mendatangkan untung, dan sebagainya. Menurut istilah syariat,
kebajikan
merupakan setiap sesuatu yang dijadikan sebagai sarana untuk taqarrub kepada
Allah yakni iman, amal saleh, dan akhlak mulia. Salah satu kata kebajikan dalam
Al-Qur’an, yaitu dengan lafadz al-birru.al-birrudiartikam sebagai nama bagi segala
kebaikan, yaitu segala sesuatu yang menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Namun, setiap penyebutan kata al-birru,kebajikan dalam Al-Qur’an memiliki banyak cara
kerja dan maksud.
Banyaknyacara kerja danmaksud dari penggunaan kata kebajikan dalam Al-Qur’an,
kebajikan yang disebutkan oleh Allah SWT pernah menjadi penyebab perselisihan antara
kaum muslimin dengan golongan Ahli Kitab.Golongan Ahli Kitab berpendapat bahwa kebajikan
adalah salat yang dilakukan dengan menghadap ke arah kiblat mereka.Namun, menurut kaum
muslimin hal tersebut bukanlah maksud dari kebajikan yang disebutkan oleh Allah SWT.
Memperhatikan masalah tersebut, Allah SWT menjelaskan bahwa menghadapkan kiblat secara
tertentu itu bukan merupakan kebajikan yang dimaksud agama.Sebab, disyariatkan menghadap
kiblat itu hanya untuk mengingatkan orang yang sedang menjalankan salat bahwa dirinya
dalam keadaan menghadap Tuhannya. Disamping itu, berarti ia sedang meminta kepada
Tuhannya dan berpaling dari selain Allah SWT agar dijadikan lambang persatuan umat
yang memiliki tujuan sama. Dengan demikian, ajaran ini mendidik umat Islam untuk
terbiasamengambil kesepakatan dalam seluruh urusan mereka, bersatu dan melangkah
secara bersama-sama menuju cita-cita.
Mewaspadai kesalahpahaman dalam mengartikan makna kebajikan yang sebenarnya, haruslah
diketahui sebelumnya apa saja pokok-pokok dari kebajikan. Al-Qur’an pun telah
menjelaskan makna kebajikan bagi orang-orang yang bertaqwa pada surah Al-Baqarah
ayat 177.Berdasarkan uraian tersebutdiangkatlah permasalahan ini dalam bentuk karya
ilmiah yang berjudul “Penafsiran Surah Al-Baqarah Ayat 177”.
Rumusan Masalah
