Tentang Saya
BioData
-
Nama : Najwa Khairani
-
Jenis Kelamin : Perempuan
-
Tempat Lahir : Padang
-
Tanggal Lahir : 6 Juni 2005
-
Moto Hidup : Tetaplah Hidup.
Riwayat Hidup
-
TK : Ar-Rayhan
-
SD : SD Negeri 22 Andalas
-
SMP : SMP Negeri 8 Padang
-
MA : Madrasah Aliyah Ponpes Diniyah Limo Jurai
Abstrak
Karya Ilmiah ini disusun oleh Najwa Khairani NID/NISN:0046965579/13121306001720049 Karya ilmiah ini berjudul Penafsiran Surah Al-Baqarah Ayat 258 MAS Diniyah Limo Jurai, Sungai Pua, 20213 berisi 41 hlm.
Masalah yang dibahas dalam karya ilmiah ini adalah bagaimana penafsiran para mufassirin tentang surah Al-Baqarah Ayat 258? Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini untuk untuk mengetahui penafsiran para mufassirin tentang surah Al-Baqarah Ayat 258. Batasan masalah dalam karya ilmiah ini adalah mengetahui penafsiran menurut para mufassirin yang terdapat dalam surah Al-Baqarah Ayat 258
Dalam proses penelitian, penulis menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research). Jenis penelitian kepustakaan dengan mencari dan membaca buku-buku (literatur) yang berkaitan dengan permasalahan untuk meletakkan landasan teori. Penelitian ini menggunakan metode tahlili. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu, dengan mengumpulkan tafsir-tafsir yang berkaitan dengan masalah pembahasan. Penulisan makalah ini dengan cara menelaah beberapa kitab tafsir secara maudhu’i yang berhubungan dengan pembahasan, diantaranya: Al-Muharrar Al-Wajiz, I’rab Al-Qur’an Al-Karim, Tanwirul Maqbas, Tasir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Munir, Tafsir Al-Azhar, Tafsir AlMaraghi, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur, Tafsir Al-Qur’anul ‘Azim, Tafsir AlMisbah, Tafsir Al-Qurthubi, dan Tafsir Ath-Thabari.
Hasil pembahasan yang dikemukakan dalam karya ilmiah ini, adalah Penafsiran surah Al-Baqarah ayat 258 membahas tentang perdebatan antara Nabi Ibrahim AS dengan raja yang ingkar terhadap Allah SWT. Ia dilimpahi dengan kekuasaan dan kekayaan pada masanya. Semua orang tunduk padanya kecuali Nabi Ibrahim AS. Beliau berani mendebat raja Namrud. Dalam perdebatan itu, raja Namrud membuktikan kekuasaannya dengan membunuh orang dan membiarkan orang hidup. Nabi Ibrahim menyanggah perdebatan tersebut dengan dalil-dalil akan kekuasaan Allah SWT. Raja Namrud pun terdiam dan tidak bisa menyanggah perkataan Nabi tersebut. Allah juga menyatakan bahwa tidak akan memberi petunjuk terhadap orang-orang zhalim, salah satunya raja Namrud
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah firman Allah SWT berbahasa Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril secara berangsur-angsur. Bertahap sedikit demi sedikit bukan sekaligus. Sesuai dengan peristiwa dan tuntutan waktu dengan jalan mutawatir artinya diriwayatkan oleh banyak orang lalu diterima dari orang banyak. Setelah itu, disampaikan kepada orang banyak sehingga mustahil menurut akal sehat mereka menyampaikan maupun yang menerimanya sepakat berdusta untuk meyampaikan sesuatu yang tidak berasal dari Rasulullah SAW.
Di dalam Al-Qur’an, terdapat banyak tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran atas penciptaan alam semesta ini. Kekuasaan dan kebesaran ini menunjukkan bahwa adanya pencipta yang berbuat atas kehendaknya. Mengingat segala sesuatu yang kita saksikan saat ini, tidak mungkin ada dengan sendirinya. Maka pasti ada yang menciptakannya. Semua wujud yang ada di alam ini merupakan bukti yang menunjukkan keberadaan Tuhan. Namun, kebanyakan dari manusia menentang kebenaran tersebut.
Dalam perjalanan umat manusia, selalu saja ada orang yang menyimpang dari kodratnya sebagai makhluk. Penyimpangan itu bukan hanya pada tataran relasi dengan sesama manusia, akan tetapi sampai pada tingkat pengakuan dia sebagai Tuhan. Untuk itulah, Allah SWT mengutus para Nabi dan Rasul pada setiap zaman untuk mengembalikan fitrah manusia sebagai hamba yang bertuhan. Allah SWT telah berfirman di dalam ayat suci Al-Qur’an sebagai berikut :
Artinya: " Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
Allah SWT menceritakan di dalam Al-Qur’an tentang kisah-kisah para Rasul yang terdahulu sehingga jelaslah segala hakikat dan bukti-bukti nyata dalam membela Tauhid. Salah satu kisah para Rasul itu adalah Nabi Ibrahim AS. Ia adalah Rasul yang telah diberikan oleh Allah kepadanya ilmu dan keyakinan yang tidak diberikan kepada seorang pun selainnya dari para Rasul selain Nabi Muhammad SAW. Ia mendebat raja yang ingkar yang meniadakan dan mengingkari Tuhan semesta alam. Dia mendebatnya tentang perkara tersebut yang sama sekali tidak ada keraguan, masalah dan kebimbangan padanya, yaitu Tauhid3 yang merupakan perkara yang paling jelas dan paling terang. Perdebatan ini dikisahkan dalam surah Al-Baqarah ayat 258. Berdasarkan uraian sebelumnya, penulis tertarik untuk membahas perdebatan antara Nabi Ibrahim AS dengan raja yang ingkar terhadap Allah SWT dalam bentuk karya tulis ilmiah yang berjudul “PENAFSIRAN SURAH AL-BAQARAH AYAT 258.”