Tentang Saya

Biodata
-
Nama Lengkap : Vannesya Chandika Maharani
-
Tempat/Tgl Lahir : Kapuah, 09 Oktober 2004
-
Jenis kelamin : Perempuan
-
Agama : Islam
-
Alamat : Ambalau, Kec. Padang Sago, Kab. Padang Pariaman.
Abstrak
Karya Ilmiah ini disusun oleh Vannesya Chandika Maharani, NID/NISN 131213060017190416/0021862300Karya ilmiah ini berjudul Penafsiran Surah Al-Baqarah Ayat203—206, diMASDiniyah Limo Jurai, Sungai Pua,2022, berisi 38 hal.Masalah yang dibahas dalam karya ilmiah ini adalah bagaimanapenafsiran para mufassirin tentang surah Al-Baqarah ayat 203—206?Batasan masalah dalam karya ilmiah ini adalah Qawaid Tafsir, Qawaid Lughawiyah dan Fawaid-Fawaid ayat yang terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 203—206.Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk untuk mengetahui penafsiran para mufassirin tentang surah Al-Baqarah ayat 203—206.
Dalam proses penelitian, penulis menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research). Jenis penelitian kepustakaan dengan mencari dan membaca buku-buku (literatur) yang berkaitan dengan permasalahan untuk meletakkan landasan teori.Penelitian ini menggunakan metode tahlili. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu, dengan mengumpulkan tafsir-tafsir yang berkaitan dengan masalah pembahasan, dan penulisan makalah ini dengan cara menelaah beberapa kitab tafsir secara maudhu’i yang berhubungan dengan pembahasan, diantaranya: Tafsir Shafwah At-Thafassir, Tafsir Al-Maraghi, Tafsir An-Nur, , Tafsir Ath-Thabari, Tafsir Ibnu Mas’ud, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Tafsir Al-Munir, Tafsir Al-Azhar, Tafsir Al-Misbahdan Tafsir Fathul Qadir.
Hasil pembahasan yang dikemukakan dalam karya ilmiah ini, adalahPenafsiran surah Al-Baqarah ayat 203—206 membahas tentang mereka yang berhaji berdiam di Mina, antara masjid dan bukit. Kemudian mereka saling menunjukkan kebanggaan mereka dan mempertandingkan syair-syair mereka. Melihat keadaan seperti ini Allah memerintahkan kepada mereka agar melakukan zikir kepada-Nya sesudah melaksanakan manasik haji, sebagaimana mereka menuturkan perihal nenek moyang mereka pada zaman jahiliyyah atau lebih jauh lagi daripada itu. Dan tentang orang munafik yang seburuk-buruk tempat tinggalnya adalah neraka Jahanam, dan Allah bersumpah bahwa orang yang merasa dirinya sangat mulia sehingga enggan tunduk kepada perintah bertakwa kepada Allah maka neraka akan menjadi tempat kembalinya kelak.
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an merupakan firman Allah yang dijadikan pedoman hidup oleh kaum muslim dan tidak ada lagi keraguan di dalamnya. Di dalamnya terkandung ajaran-ajaran pokok yang menyangkut segala aspek kehidupan syariat, ibadah dan perbuatan yang akan mengantarkan umat manusia kepada kebahagian baik di dunia maupun di akhirat.
Pada zaman sekarang sebagian umat Islam tidak mau membaca Al-Qur’an dan melakukan ibadah kepada Allah, sedangkan dalam hal yang wajib saja dia tidak mau melaksanakannya apalagi dalam hal yang sunnah. Mereka hanya sibuk dengan urusan pribadi mereka masing-masing seperti bekerja, bermain ponsel dan hura-hura ke sana kemari sehingga mereka lupa untuk melakukan ibadah.
Agar kita bisa menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, kita juga harus bisa memahami isi dari Al-Qur’an tersebut. Memahami isi Al-Qu’ran dengan terjemahan saja tidak cukup, maka kita juga membutuhkan membaca kitab tafsirannya atau ilmu tafsir lainnya, dengan kita membaca tafsirannya, maka kita akan jauh lebih paham dalam memahami setiap ayat Al-Qur’an. Jika kita hanya memahami dengan mengandalkan terjemahan saja, maka bisa saja akan terjadi kekeliruan dalam memahami Al-Qur’an.
Kita lihat saja di kalangan masyarakat sekarang, banyak yang tidak pandai membaca Al-Qur’an dan banyak yang meninggalkan ibadah lainnya, seperti: shalat, puasa, haji, dan berzakat. Salah satunya banyak orang yang mampu untuk melakukan ibadah haji tetapi dia tidak mau melakukan karena takut akan kemiskinan.
Ada juga sifat manusia yang melakukan ibadah hanya untuk dipandang oleh orang lain, dia bermaksud hanya ingin dipuji oleh orang lain. Padahal ketika orang tidak ada mereka tidak melakukan ibadah apapun. Sesungguhnya di dalam Al-Qur’an Allah menjelaskan bahwa Allah tidak menyukai orang yang berpaling darinya dan membuat kerusakan di bumi.
Salah satu ibadah yang merupakan impian setiap muslim yaitu ibadah haji. Namun, salah satu dari rukun Islam itu hanya diwajibkan bagi hamba Allah yang memiliki kemampuan saja. Allah SWT berfirman:فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًا ۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ Artinya: “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”
Allah sendiri telah mewajibkan haji semata-mata untuk meraih keridhaan-Nya. Maka dari itu, hendaknya niat seseorang menunaikan kewajiban yang diperintahkan Allah. Tetapi, sekarang banyak yang melakukan ibadah haji hanya ingin riya supaya dianggap hebat atau ingin mendapat gelar haji saja, dan riya menjadi salah satu tanda-tanda orang munafik dan termasuk orang-orang celaka di akhirat kelak, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah An-Nisa ayat 142: اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْۚ وَاِذَا قَامُوْٓا اِلَى الصَّلٰوةِ قَامُوْا كُسَالٰىۙ يُرَاۤءُوْنَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ اِلَّا قَلِيْلً Artinya: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka bendiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk menguraikan serta menjelaskan secara rinci tentang permasalahan ini,maka penulis mengangkat permasalahan ini dengan judul “PENAFSIRAN SURAH AL-BAQARAH AYAT 203—206”.
Rumusan Masalah
