Tentang Saya

BIODATA
-
Nama : Arrafiqi Ramadhan
-
Tempat Lahir : Sungai Pua
-
Tanggal Lahir : 11 Oktober 2005
-
Jenis Kelamin : Laki-laki
-
Moto Hidup :
RIWAYAT HIDUP
-
TK : TK Islam Ibnu Syam
-
SD : SDN 13 Limo Suku
-
MTS : MTsS Diniyah limo jurai
-
MA : MAS Diniyah Limo Jurai
Abstrak
Karya Ilmiah ini disusun oleh Arrafiqi Ramadhan NID/NISN 121213060034183105/0057984545. Karya ilmiah ini berjudul Penafsiran Surah Al-Baqarah Ayat 266, di MAS Diniyah Limo Jurai, Sungai Pua, 2024, berisi 48 hal.
Masalah yang dibahas dalam karya ilmiah ini adalah bagaimana penafsiran para mufassirin tentang surah Al-Baqarah ayat 266? Batasan masalah dalam karya ilmiah ini adalah Qawaid Tafsir, Qawaid Lughawiyah dan Fawaid-Fawaid ayat yang terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 266
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui penafsiran para mufassirin tentang surah Al-Baqarah ayat 266? Dalam proses penelitian, penulis menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research). Jenis penelitian kepustakaan dengan mencari dan membaca buku-buku (literatur) yang berkaitan dengan permasalahan untuk meletakkan landasan teori. Penelitian ini menggunakan metode tahlili. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu, dengan mengumpulkan tafsir-tafsir yang berkaitan dengan masalah pembahasan, dan penulisan makalah ini dengan cara menelaah beberapa kitab tafsir secara maudhu’i yang berhubungan dengan pembahasan diantaranya: Tafsir Al-Maraghi, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Jalalain, Tafsir Al-Munir, Tafsir An-Nur, Tafsir Muyassar, Tafsir Al-Misbah, Tafsir Al-Azhar.
Hasil pembahasan yang dikemukakan dalam karya ilmiah ini, adalah Penafsiran surah Al-Baqarah ayat 266 membahas tentang perumpamaan seseorang yang memiliki kekayaan dan berbagai kenikmatan hidup, kebun yang subur penuh dengan buah-buahan, dan sungai-sungai. Ketika orang itu sudah tua dan memiliki keturunan yang masih kecil, kebun yang dimilikinya mengalami kerusakan karena bencana. Ini menunjukkan bahwa kekayaan dan harta di dunia ini tidak kekal dan bisa hilang sewaktu-waktu. Allah SWT menggunakan perumpamaan ini untuk mengingatkan manusia agar tidak terlalu terikat pada harta duniawi dan melupakan kehidupan akhirat. Peristiwa yang menimpa kebun tersebut mengajarkan bahwa segala sesuatu di dunia ini bersifat sementara dan dapat hancur kapan saja. Hal ini mengajak umat untuk merenung dan memikirkan kehidupan serta hubungan mereka dengan Allah SWT.
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Ibadah secara etimologi berasal dari Bahasa arab yaitu ‘abada – ya’budu – ibadatan yang berarti tunduk atau merendahkan diri. Adapun secara terminologi, ibadah adalah suatu kata yang mencakup apa saja yang dicintai dan diridhai Allah SWT baik berupa perkataan maupun perbuatan yang tampak maupun tidak tampak
Tujuan diciptakannya manusia di atas bumi ini adalah senantisa untuk beribadah dan mengabdikan diri kepada Allah SWT guna mengharap kesenangan di dunia dan akhirat serta mengharap ridha dan cinta-Nya. Sebagaimana Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”.
Ada berbagai amalan yang dapat dilakukan dalam beribadah, salah satunya Sedekah. Sedekah ialah memberikan sebagian harta kepada seseorang yang membutukan, semata-mata hanya mengarap ridha Allah SWT.
Memberikan harta setiap saat merupakan perbuatan yang sunah dilakukan, dan Islam mengajak manusia agar memberikan harta, menggunakan kata-kata dengan gaya bahasa yang memikat hati, membangkitkan semangat jiwa, dan menanamkan nilai-nilai kebaikan didalam hati
Harta yang disedekahkan kepada orang lain bukan semata-mata berkurang, melainkan akan bertambah, meskipun tidak langsung di hadapan manusia. Allah SWT memberikan timbal balik tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan bukan karena keinginan manusia. Allah SWT berfirman dalam surah al-Hadid ayat 18:
Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan (Allah dan Rasul-Nya) baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak”. (QS Al-Hadid:18)
Ayat di atas menjelaskan tentang orang-orang yang bersedekah dengan menginfakkan sebagian hartanya, baik laki-laki maupun perempuan., mereka menginfakkan hartanya di jalan Allah SWT dengan ikhlas, niscaya akan dilipatgandakan balasan kebaikan mereka, dan mereka akan mendapat pahala yang mulia.
Adapun sebagian manusia yang bersedekah tetapi perilakunya tidak mencerminkan keikhlasan dalam bersedekah, melainkan mencerminkan sifat sombong dan sifat riya. Jika manusia bersedekah karena riya dan untuk mendapatkan pujian, maka dia hanya akan mendapatkan kesengsaraan dan akhirnya amal-amal kebaikannya akan lenyap. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 266:
Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya”.
Ayat ini merupakan pemisalan tentang manusia yang dulunya senantiasa melakukan amal kebaikan, lalu di tengah perjalanan hidupnya berubah melakukan amal keburukan. Maka amal keburukan yang dilakukannya menghapus semua upaya amal kebaikan yang ada sebelumnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut penulis tertarik untuk menguraikan lebih rinci serta menjelaskan permasalahan dalam bentuk karya ilmiah dengan judul “Penafsiran Surah Al-Baqarah Ayat 266”.
Rumusan Masalah
