Tentang Saya

Biodata
-
Nama : Muhammad Farhan Alfarizi
-
Tempat Lahir : Bengkulu
-
Tanggal Lahir : 20 Juli 2006
-
Jenis Kelamin : Laki-laki
-
Motto Hidup : kasi satu pembuka diskusi
Riwayat Pendidikan
-
TK : TK PERTIWI 1
-
SD : SDN 11 KOTA BENGKULU
-
SMP : SMP CAHAYA ISLAM
-
MA: MAS DINIYAH LIMO JURAI
Abstrak
Muhammad Farhan Alfarizi, NISN/NID: 131213060017210481/ 0064009963 Judul: Penafsiran Surah Al-Baqarah ayat 284—285, Pondok Pesantren Diniyah Limo Jurai, Sungai Pua, 2024, 48 hlm.
Masalah yang dibahas dalam karya tulis ini adalah bagaimana Qawaid Tafsir, Qawaid Lughawiyah, dan Fawaid Ayat surah Al-Baqarah 284—285. Batas masalah karya ilmiah ini hanya fokus pada penafsiran surah Al-Baqarah ayat 284—285. Dan tujuan penulisan karya ilmiah ini dalai untuk mengetahui Qawaid Tafsir, Qawaid Lughowiyah, dan Fawaid Ayat surah Al-Baqarah ayat 284—285.
Jenis penelitian kepustakaan (library research), yaitu mencari dan membaca buku-buku (literatul) yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas untuk meletakkan landasan dan teori dalam membahas kandungan ayat. Penelitian ini menggunakan metode tahlili. Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan cara menelaah beberapa kitab tafsir yang berhubungan dengan pembahasan. Penulis menggunakan beberapa tafsir:Tafsir Aisarut Tafasir, Fathul Bayan, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir At-Thobari, dan kitab tafsir lainnya.
Hasil pembahasan yang dikemukakan dalam karya ilmiah ini pertama, sebab penamaan surah Al-Baqarah yaitu karna di dalamnya ada kisah Baqarah (sapi betina). Surah Al-Baqarah merupakan surah madaniyah termasuk ayat 284—285. Kemudian asbabun nuzul ayat ini adalah megenai para sahabat nabi Muhammad SAW yang pada awalnya merasa ragu terhadap apa yang diperintahkan atas mereka. Adapun i’rab yang terdapat pada ayat ini tidak terlalu rumit. Balaghah yang ada dalam ayat ini salah satunya adalah al-Ithnab yaitu menyampaikan satu tujuan dengan menggunakan satu kalimat panjang yang bermakna dalam ayat ini bahwasannya para sahabat tidak akan membeda-bedakan para nabi. Terkait penafsiran dalam ayat ini terdapat beberapa poin pembahasan di dalamnya di antaranya, ayat ini khusus membahas tentang bisiskan hati yang muncul antara keyakinan dan keraguan, selanjutnya azab yang diterangkan dalam ayat ini ditujukan kepada orang kafir dan munafik tapi bersifat peringatan bagi seluruh manusia, selanjutnya juga dalam ayat ini juga berisikan perintah untuk taat kepada Allah SWT dengan penuh totalitas, juga selanjutnya dalam ayat ini berisikan perintah untuk beristighfar dan menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya penolong dan menjadikan-Nya tempat bergantung dan berharap.
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Allah SWT mengabarkan kepada seluruh hamba-Nya bahwa milik-Nya lah asmaul husna (nama-nama yang baik). Asmaul husna secara etimologi berasal dari kata al-Asma dan al-Husna, al-Asma memiliki arti nama sedangkan al-Husna berarti baik atapun indah, adapun secara terminologi asmaul husna berarti namanama Allah SWT yang agung lagi baik yang mencerminkan sifat-sifat-Nya . Sifatsifat Allah SWT sangat banyak, namun yang perlu diimani oleh hamba-Nya hanya berjumlah 99 nama, sebagaimana yang telah Allah SWT sampaikan di dalam Al-Qur’an dan juga disertai oleh penjelasan dari Nabi Muhammad SAW:Artinya: ”Dialah Allah, tidak ada tuhan(yang berhak disembah) melainkan dia. Dia mempunyai asmaaul husna (nama-nama yang baik)”.Artinya: ”Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu, siapa yang menjaganya maka dia masuk surga”.
Dari sifat-sifat tersebut salah satunya adalah Al-‘Alim (yang Maha Mengetahui). Maksudnya Allah SWT mengetahui segala-galanya dan menyatakan dirinya dengan itu, karena Allah SWT lah yang memiliki pengetahuan tentang segala sesuatu, baik itu berupa sesuatu yang tampak atau pun sesuatu yang gaib. Oleh karena itu, tidak boleh dimaknai dan dianalogikan Al-‘Alim dengan sifat manusia yang alim. Sebagaimana firman-Nya di dalam Al-Qur’an:Artinya: ”Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi, dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah maha mengetahui segala isi hati”.
Allah SWT Maha Mengetahui terhadap apa yang ada di langit, di bumi, serta mengetahui segala gerak-gerik seorang hamba baik yang tampak, maupun yang tersembunyi jauh di dalam hati seorang hamba. Isi hati dari seorang manusia itu ada 2 macam: pertama, sesuatu yang ada di dalam hati, yang datang dengan sendirinya, tergerak tanpa ada yang menggerakkannya, yang demikian itu tidak berdasrkan iradah (kehendak) dan ikhtiar (pilihan) manusia. Hal yang demikian ini, tidak dihukum dan dihisab oleh Allah SWT, kecuali apabila diikuti dengan iradah dan ikhtiar. Kedua, sesuatu yang ada di dalam hati yang timbul dengan usaha, pikiran, dan hasil renungan. Kemudian, hal ini dapat berubah menjadi citacita dan keinginan yang kuat, sehingga dari keinginan yang kuat itu, muncullah iradah dan ikhtiar untuk melaksanakannya. Hal yang demikian ini, akan dihisab dan dijadikan sebagai dasar dalam menetukan balasan pekerjaan manusia.
Allah SWT memerintahkan agar manusia selalu mengawasi, meneliti, dan merasakan apa yang ada di dalam hatinya. Jika yang berada di dalam hatinya itu sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah SWT dan tidak bertentangan dengan apa yang telah dilarangnya, maka kerjakanlah sehingga hal itu bisa menjadi amal baik untuknya. Apabila yang ada di dalam hati seorang hamba itu berlawanan dengan apa yang diperintahkan Allah SWT dan justru mengarah kepada apa yang telah dilarang-Nya maka jauhilah hal tersebut, jangan sampai hal itu menjadi sumber dari perbuatan yang menghasilkan dosa
Agar manusia terhindar dari amalan-amalan yang akan menjerumuskannya kepada dosa, maka Allah SWT menjadikan untuk manusia suri tauladan yang baik, yang bisa membawa manusia kepada jalan yang benar yaitu Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW merupakan nabi terakhir yang membawa ajaran yang melengkapi lagi menyempurnakan ajaran-ajaran yang dibawa oleh para nabi sebelumnya. Allah SWT memerintahkan manusia untuk mengikuti serta menaati Nabi Muhammad SAW, sebagaimana firman-Nya di dalam Al-Qur’an:Artinya: “Barang siapa yang mentaati rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah”.
Semua sikap dan perilaku dari Nabi Muhammad SAW merupakan segala sesuatu yang wajib dimiliki oleh para pengikutnya, baik itu sesuatu yang menyangkut tauhid keimanan sampai kepada amal ibadah serta perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Nabi Muhammad SAW beriman kepada Allah SWT yakni Tuhan yang Maha Esa, Maha Kuasa, tiada sekutu bagi-Nya, dan maha suci dari segala kekurangan. Beliau juga percaya kepada malaikat-malaikat-Nya sebagai hamba Allah SWT yang taat dalam menjalankan segala yang diperintahkan kepada mereka. Kitab- kitab yang diturunkan kepada para rasul sebelumnya, seperti Zabur, Taurat, dan Injil. Serta beliau juga meyakini kepada para rasul sebelumnnya sebagai hamba Allah SWT yang diutus untuk membimbing manusia kepada jalan yang benar.
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas penulis tertarik untuk membahas tentang keesaan Allah SWT terhadap makhluk-Nya, penghitungan amal dari segala perbuatan manusia, dan sikap yang diambil dalam menanggapi segala yang dicontohkan nabi melalui karya ilmiah dengan judul “Penafsiran Surah AlBaqarah Ayat 284—285”.
Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskanlah permasalahan yang menjadi penekanan utama dalam pembahasan ini, yaitu:
- Bagaimana qawa’id tafsir surah Al-Baqarah ayat 284—285?
- Bagaimana qawa’id lughawiyah Al-Baqarah ayat 284—285?
- Bagaimana faedah ayat Al-Baqarah ayat 284—285?