Tentang Saya

Biodata Pribadi
-
Nama : Kesya Dara Fadila
-
Tempat Lahir : Bukittinggi
-
Tanggal Lahir : 06, Maret 2006
-
Jenis Kelamin : Perempuan
-
Moto Hidup : Dunia tempat berjuang, istirahat di syurga
Riwayat Hidup
-
TK : TK Al-Hidayah Sariak
-
SD :SDN 02 Sariak
-
MTS :MTs.S Diniyah Limo Jurai
-
MA: MAS Diniyah Limo Jurai
-
Abstrak
Karya Ilmiah ini disusun oleh Kesya Dara Fadila, NID/NISN 131213060017210471/0065969156. Karya ilmiah ini berjudul Penafsiran Surah Ali Imran Ayat 38—41, di MAS Diniyah Limo Jurai, Sungaipua, 2024, berisi 56 halaman.
Masalah yang dibahas dalam karya ilmiah ini adalah bagaimana penjelasan surah Ali Imran Ayat 38—41 menurut ahli tafsir? Batasan masalah dalam karya ilmiah ini adalah qawaid tafsir, qawaid lughawiyah, dan fawaid ayat surah Ali Imran Ayat 38—41. Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui penjelasan surah Ali Imran Ayat 38—41 menurut ahli tafsir.
Dalam proses penulisan, penulis menggunakan jenis studi kepustakaan (library research). Jenis penulisan kepustakaan dengan mencari dan membaca buku-buku (literatur) yang berkaitan dengan permasalahan untuk meletakkan landasan teori. Penulisan ini menggunakan metode tahlili. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penulisan ini yaitu, dengan mengumpulkan tafsir-tafsir yang berkaitan dengan masalah pembahasan, dan penulisan makalah ini dengan cara menelaah beberapa kitab tafsir yang berhubungan dengan pembahasan, diantaranya: Tafsir Al-Munir,Tafsir Al-Qurthubi, Tafsir Mafatihul Ghaib, Tafsir Al-Maraghi, Tafsir Al-Azhar, Tafsir Al-Kasyaf, Tafsir al-Misbah, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fathul Qadir, Tafsir Muharrar Al-Wajiz, Tafsir At-Thabari.
Hasil pembahasan yang dikemukakan dalam ayat ini yang pertama dari segi qasas, ayat ini mengisahkan permintaan Nabi Zakariya yang tulus dan pengabulan doa yang luar biasa. Yang kedua dari segi fikih kehidupan, ayat ini menganjurkan umat Islam untuk meminta keturunan yang shaleh dan mengetahui pentingnya menjaga kehormatan diri serta mengendalikan nafsu, khususnya dalam interaksi dengan lawan jenis. Yang ketiga dari segi hikmah, ketidakmampuan Nabi Zakariya berbicara selama tiga hari untuk menjadikan dia sibuk dalam berzikir, bertahlil, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sedangkan dari segi adab, ayat ini mengajarkan pentingnya adab dalam berdoa, yaitu dengan kesungguhan, kerendahan hati, memiliki mihrab yang dikhususkan hanya untuk beribadah , memohon dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan doa hamba-Nya, serta dengan keyakinan penuh kepada Allah SWT.
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an disebut juga Al-Kitab yaitu wahyu-wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada Rasul-Nya, melalui perantara Malaikat Jibril. Untuk disampaikan kepada umat manusia. Kumpulan dari seluruh wahyu itu berjumlah menurut perhitungan umum 6.236 ayat, terdiri dari 114 surat.1 Al-Qur’an mengandung beberapa pokok pembahasan diantaranya, akidah, tauhid, mu’amalat, dan persoalan ibadah, dan juga seruan untuk beribadah kepada Allah SWT. Salah satu ibadah pokok kita adalah shalat, hakikat yang terkandung dalam shalat adalah doa, permohonan kepada Allah SWT.
Sebagai makhluk yang lemah, berdoa termasuk hal yang penting bagi kita. Doa merupakan memohon sesuatu kepada sesuatu yang memiliki kekuasaan atas kemampuan manusia, yang merencanakan, menghendaki dan membuat sesuatu. Meskipun demikian, doa dalam Islam tidak hanya soal memohon, tetapi juga soal keyakinan dan ketulusan hanya kepada Allah SWT, tanpa berharap pada selain-Nya, seperti jimat, dukun, atau makhluk lain. Keyakinan yang penuh kepada Allah SWT menjadi syarat utama agar doa kita diterima.
Salah satu contoh terbaik dari doa yang terkabul adalah kisah Nabi Zakaria AS., yang tercantum dalam Al-Qur’an. Nabi Zakaria memohon kepada Allah SWT untuk dikaruniai seorang anak, meskipun beliau sudah sangat tua dan istrinya mandul. Permohonan yang tampaknya mustahil bagi manusia ini justru dikabulkan oleh Allah SWT sebagai bentuk mukjizat dan karunia-Nya. Kisah ini mengajarkan kita bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah SWT dan bahwa segala sesuatu berada dalam kekuasaan-Nya.
Namun, meskipun kisah seperti Nabi Zakaria menginspirasi, masi banyak umat Islam yang merasa doa mereka tidak terkabul meskipun telah berusaha dengan sungguh-sungguh. Apa yang membedakan doa Nabi Zakaria dengan doa-doa kita? Apa faktor yang membuat Allah SWT mengabulkan doa Nabi Zakaria AS.? Untuk menjawab pertanyaan ini, penting untuk mengkaji lebih dalam tentang doa dalam konteks Al-Qur’an, khususnya melalui penafsiran Surat Ali Imran ayat 38—41, yang menceritakan kisah doa Nabi Zakaria. Dengan mengkaji ayat-ayat tersebut, diharapkan kita dapat lebih memahami prinsip-prinsip doa dalam Islam dan apa yang dapat kita pelajari dari kisah Nabi Zakaria AS terkait dengan doa, keyakinan, dan ketulusan dalam memohon kepada Allah SWT.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis berkeinginan untuk menjelaskan secara rinci terkait hal tersebut, maka penulis mengangkat permasalahan ini dengan judul “Penafsiran Surah Ali Imran Ayat 38-41".Rumusan Masalah
