Tentang Saya

BIODATA
-
Nama : Selvy Ardhelia
-
Tempat Lahir : Limo Suku
-
Tanggal Lahir : 24 September 2005
-
Jenis Kelamin : Perempuan
-
Motto Hidup : Terus Berjuang
RIWAYAT HIDUP
-
TK : TK Diniyah Limo Jurai
-
SD: SDN 18 Tangah Koto
-
MTs : MTsS Diniyah Limo Jurai
-
MA: MAS Diniyah Limo Jurai
Abstrak
Karya Ilmiah ini disusun oleh Selvy Ardhelia, NID/NISN 131213060017220491/0028180518, karya ilmiah ini berjudul Penafsiran Surah Ali ‘Imran Ayat 65—68, di MAS Diniyah Limo Jurai, Sungaipua, 2024, berisi 61 hal
Masalah yang dibahas dalam karya ilmiah ini adalah bagaimana penafsiran para mufassirin tentan Surah Ali ‘Imran ayat 65—68? Batasan masalah dalam karya ilmiah ini adalah Qawa’id Tafsir, Qawa’id Lughawiyah dan Fawaid Ayat Surah Ali ‘Imran ayat 65—68 berdasarkan beberapa kitab tafsir. Adapun tujuan penulisan makalah ilmiah ini untuk mengetahui Qawa’id Tafsir, Qawa’id Lughawiyah, dan Fawaid Ayat Surah Ali ‘Imran ayat 65—68.
Dalam proses penelitian, penulis menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research). Jenis penelitian kepustakaan dengan mencari dan membaca buku-buku (literatur) yang berkaitan dengan permasalahan untuk meletakkan landasan teori. Penelitian ini menggunakan metode tahlili. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu, dengan mengumpulkan tafsir-tafsir yang berkaitan dengan masalah pembahasan, dan penulisan makalah ini dengan cara menelaah beberapa kitab tafsir yang berhubungan dengan pembahasan, diantaranya:Tafsir Al-Munir, Tafsir Al-Maraghi, Tafsir Fathul Qadir,Tafsir Al-Qurthubi, Shafwatu At-Tafasir, Tafsir At-Thabari, Tafsir Aisarut Tafasir, Tafsir Muyassar, Tafsir Al-Quran Majid An-Nuur, Tafsir Mafathiul Ghaib, Tafsir Baidhawi, dan Tafsir Al Tahrir wa Al Tanwir. Selain kitab-kitab tafsir, penulis juga mengambil referensi dari jurnal dan buku yang berkaitan dengan masalah yang terdapat dalam ayat tersebut.
Hasil pembahasan yang dikemukakan dalam ayat ini, yaitu: Surah Ali ‘Imran ayat 65—68 memiliki qawa’id tafsir yang menonjol yaitu qashas Al-Qur’an dan Jadal Al-Qur’an. Surah ini juga memiliki qawa’id lughawiyah yang menonjol yaitu balagah, yang mana dalam ayat ini terdapat jinas isytiqaq. Penafsiran para mufasirin pada surah Ali ‘Imran ayat 65—68 terdapat beberapa penjelasan bahwa fawaid ayat dari ayat ini pertama, Otoritas sejarah dan menjelaskan kebutuhan kepadanya, sebagimana Allah SWT menanggapi Ahlul Kitab dalam klaim mereka bahwa Nabi Ibrahim AS berada dalam agama mereka dengan mengatakan bahwa Taurat dn Injil tidak diwahyukan hingga setelah kematiannya, jadi bagimana mungkin dia menjadi seorang Yahudi atau Nasrani. Kedua, Pencelaan terhadap orang-orang yang berdebat tentang apa yang tidak mereka ketahui dan tidak ada urusannya. Ketiga, Agama Yahudi sepertinya agama Kristen bukanlah agama Allah SWT, melainkan hanya 2 bidah. Keempat, orang-orang beriman saling setia satu sama lain, meskipun rumah dan kerabat mereka berjauhan, dan Allah SWT adalah penjaga orang-orang beriman.
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ilmu didefinisikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang pengetahuan. Sedangkan, pengetahuan adalah keseluruhan ilmu pengetahuan yang belum terstruktur dan tidak memiliki metode. Secara umum, ilmu pengetahuan ialah rangkaian kata yang sangat beranekaragam. Namun, memiliki kaitan yang sangat kuat antara satu sama lain. Oleh karena itu, ilmu dan pengetahuan merupakan suatu kebutuhan bagi manusia, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk hidup yang tidak tahu apa-apa. Manusia menjadi tahu karena adanya keingintahuan yang tinggi, dari rasa ingin tahu yang tinggi itulah menjadi suatu kebutuhan bagi manusia untuk menambah pengetahuan menjadi suatu ilmu yang dimilikinya.
Selain itu Al-Qur’an juga telah menjelaskan tentang keutamaan orang yang menuntut ilmu sesuai dengan firman Allah SWT QS. Al-Mujadalah [58] ayat 11:Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,”maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “berdirilah kamu,“maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan.
Ayat di atas berisi tentang ganjaran yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang-orang berilmu, selain itu ilmu membuat seseorang jadi mulia baik di hadapan Allah SWT maupun manusia. Adapun dampak bagi orang-orang yang tidak memiliki ilmu yaitu, ketika berbicara mereka tidak memiliki landasan dan ketika berdiskusi pembicaraan itu tidak ada maknanya. Hal itulah yang terjadi pada zaman dahulu.
Salah satu penyakit dasar manusia yang dimiliki adalah suka membantah dan mengikuti terhadap suatu hal yang mereka tidak memiliki pengetahuan terhadap hal tersebut. Sebagaimana firman Allah SWT QS. Al-Isra’ [17] ayat:36 Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa karakter manusia suka mengikuti terhadap apa yang tidak diketahuinya. Diantara kisah masa lalu yang dipaparkan dalam Al-Qur’an yaitu tentang Ahlul Kitab yang berbantah-bantahan tentang Nabi Ibrahim AS. Nabi Ibrahim AS dilahirkan di Babylonia (bagian selatan Mesopotamia, sekarang Irak). Ayahnya bernama Azar, seorang ahli pembuat patung. Nabi Ibrahim AS merupakan nenek moyang bangsa Arab dan Israel, keturunan Nabi Ibrahim banyak menjadi nabi. Nabi Ibrahim AS termasuk salah satu Nabi Ulul-Azmi.
Nabi Ibrahim AS juga termasuk salah satu Nabi yang banyak mendapatkan ujian dari Allah SWT. Ujian ini untuk menunjukkan kualitas keyakinan dan keimanan Nabi Ibrahim AS kepada Allah SWT. Para Ahlul Kitab menyatakan hal itu, bukan saja untuk membenarkan agama mereka, tetapi juga untuk menarik hati masyarakat Arab yang belum beragama, karena mereka sangat mengagumi beliau baik selaku leluhur mereka maupun sebagai pembawa agama.
Ahlul Kitab merupakan sebutan bagi kaum yang memiliki kitab suci. Namun, para ulama sepakat bahwa penyebutan tersebut secara khusus ialah bagi penganut agama Samawi yaitu kaum Yahudi dan Nasrani. Sedangkan, bagi kaum yang lain masih diperdebatkan dalam penamaannya.
Agama Yahudi dikenal di dunia Barat dengan sebutan Yudaisme. Sedangkan di dunia Islam disebut dengan Yahudiyah. Bangsa Yahudi dikenal dengan panggilan Ibrani, Israel, dan Yahudi. Perkataan Yahudi diambil dari bahasa Arab Hada yang artinya bertaubat atau orang yang bertaubat. Sedangkan istilah Ibrani berasal dari kata Abara yang berarti menyebrang. Dinamakan Ibrani karena mereka datang dengan menyebrangi sungai Eufrat dibawah pimpinan Ibrahim AS. Yahudi terbagi menjadi dua makna, yaitu Yahudi sebagai suku bangsa dan sebagai suku agama.Agama Yahudi memiliki kitab suci Taurat yang dibawa oleh Nabi Musa AS.
Agama Kristen dikenal di dunia Islam dengan sebutan agama Nasrani atau agama Masehi, sedangkan di dunia Barat dikenal dengan sebutan agama Kristen atau Christianity. Ketiga sebutan tersebut, mempunyai arti dan kisah masingmasing. Kata Nasrani dikaitkan dengan nama sebuah kota di sebelah utara Palestina, Nazaret. Dari kota ini, Isa al-Masih putra Maryam atau Yesus Kristus berasal dan dibesarkan sehingga pengikut ajarannya disebut Nasrani.
Jadi agama Kristen adalah agama terbesar di dunia. Seseorang sah dikatakan beragama Kristen apabila telah dibaptis. Baptis di agama Kristen sama seperti mengucapkan syahadat di agama Islam. Sehingga Al-Qur’an menyebut pengikut Kristen dengan “Al-Masih Isa”. Agama Kristen memiliki kitab suci Injil yang dibawa oleh Nabi Isa AS.
Kedua kaum tersebut saling berbantah-bantahan terhadap agama Nabi Ibrahim AS. Kaum Yahudi mengaku bahwa Nabi Ibrahim AS beragama Yahudi.Hal ini dibantah oleh kaum Nasrani bahwa Nabi Ibrahim AS beragama Nasrani. Namun, kedua kaum tersebut berbantah-bantahan terhadap apa yang mereka tidak ketahui, karena Nabi Ibrahim AS bukan berasal dari agama keduanya. Akan tetapi, Nabi Ibrahim AS berasal dari agama yang hanif (lurus) yang bersumber dari Allah SWT yang mengajarkan ketauhidan. Bahkan Allah SWT membantah mereka dan menjelaskan bahwa agama Yahudi dan agama Nasrani adalah setelahnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai Yahudi dan Nasrani yang berbantah-bantahan tentang agama Nabi Ibrahim AS. Pembahasan ini akan penulis bahas lebih rinci dalam bentuk karya ilmiah yang berjudul Penafsiran Surah Ali ‘Imran Ayat 65—68.
Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, dapat dirumuskan hal-hal yang menjadi pokok permasalahan dari pembahasan ini, yaitu:
- 1. Bagaimana qawa’id tafsir dari surah Surah Ali ‘Imran ayat 65—68?
- 2. Bagaimana qawa’id lughawiyah dari Surah Ali ‘Imran ayat 65—68?
- 3. Bagaimana fawaid ayat dari Surah Ali ‘Imran ayat 65—68?