Tentang Saya

BIODATA

  • Nama : Afannul Rafiq
  • Tempat Lahir : Bukittinggi
  • Tanggal Lahir : 26 April 2006
  • Jenis Kelamin : Laki-laki
  • Motto Hidup : "Tetaplah bersujud walau mimpimu sudah terwujud"

RIWAYAT PENDIDIKAN

  • PAUD : PAUD Kasih Bunda
  • TK : TK Islam Ibnu Syam
  • SD : SD Negeri 13 Limo Suku
  • MDA : MDA Plus Asy-Syifaa' Tangah Koto
  • MTs : MTsS Diniyah Limo Jurai
  • MA : MAS Diniyah Limo Jurai

Abstrak

Karya Ilmiah ini disusun oleh Afannul Rafiq, NID/NISN 13123060017210459/0065965535, Karya ilmiah ini berjudul Penafsiran Surah Al-Baqarah Ayat 264, di MAS Diniyah Limo Jurai, Sungai Pua, 2024, berisi 65 halaman.

Masalah yang dibahas dalam karya ilmiah ini adalah bagaimana penjelasan surah al-Baqarah ayat 264 menurut ahli tafsir? Batasan masalah dalam karya ilmiah ini adalah qawaid tafsir, qawaid lughawiyah, dan fawaid ayat surah al-Baqarah ayat 264. Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui penjelasan surah al-Baqarah ayat 264 menurut ahli tafsir.

Dalam proses penulisan, penulis menggunakan jenis studi kepustakaan (library research). Jenis penulisan kepustakaan dengan mencari dan membaca buku-buku (literatur) yang berkaitan dengan permasalahan untuk meletakkan landasan teori. Penulisan ini menggunakan metode tahlili. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penulisan ini yaitu, dengan mengumpulkan tafsir-tafsir yang berkaitan dengan masalah pembahasan, dan penulisan makalah ini dengan cara menelaah beberapa kitab tafsir yang berhubungan dengan pembahasan, diantaranya: Tafsir al-Munir, Aisarut Tafasir, Tafsir at-Thabari, Tafsir al-Maraghi, Tafsir al-Azhar, Tafsir al-Qur’an al-Karim, Tafsir as-Sa’di, Tafsir al-Misbah, Tafsir al-Qayyim, Tafsir ar-Razi, Tafsir al-Qurthubi, dan Tafsir al-Mawardi.

Hasil pembahasan yang dikemukakan dalam ayat ini yang pertama dari segi amtsal, dapat diambil pelajaran bahwa orang yang riya diibaratkan seperti batu licin yang tertutup tanah. Ketika terkena hujan, tanah yang menutupi batu tersebut hilang, sama seperti amal riya yang hilang nilainya di sisi Allah SWT meskipun tampak baik di mata manusia.Yang kedua dari segi akidah, dapat diambil pelajaran bahwa orang yang beramal untuk mendapatkan pujian manusia, disebut munafik karena mereka tampak beriman namun niat mereka tidak ikhlas. Amalnya hanya untuk kepentingan duniawi, bukan untuk mencari rida Allah SWT. Yang ketiga dari segi akhlak, di dalam ayat ini terdapat pelajaran akhlak yaitu riya dan mengungkit pemberian adalah sifat orang-orang kafir, bukan sifat orang yang beriman. Orang yang beriman menghindari perilaku ini karena amal mereka semata-mata untuk Allah SWT.Yang terakhir dari segi hukum, bahwa diharamkannya memberi sedekah dengan menyebut-nyebut pemberian dan menyakiti penerimanya. Balasan di dunia, orang yang suka mengungkit pemberian atau riya akan dibenci masyarakat. Sedangkan di akhirat, amal dengan niat riya tidak akan diterima Allah SWT.

Pendahuluan

Latar Belakang Masalah

Bagian ini mengemukakan apa yang akan di bahas dari ayat yang sudah ditentukan untuk diambil faedahnya, dan bukan untuk mencari masalah yang harus dikaitkan dengan ayat.

Rumusan Masalah

Bagian ini menjelaskan pada ayat yang akan dilakukan penelitian. Rumusan masalah dirumuskan berdasarkan kepada ayat yang sudah ditentukan saja.

Tujuan Penelitian

Bagian ini memuat penjelasan tentang sasaran yang lebih spesifik dan hal yang menjadi tujuan penelitian.

Latar Belakang Masalah

Ibadah secara etimologi berasal dari bahasa arab yaitu ‘abada – ya’budu -‘ibadatan yang berarti tunduk atau merendahkan diri. Adapun secara terminologi, ibadah adalah suatu kata yang mencakup apa saja yang dicintai dan diridai oleh Allah SWT baik berupa perkataan maupun perbuatan yang tampak maupun yang tidak tampak .Tujuan diciptakannya manusia di atas bumi ini adalah senantiasa untuk beribadah dan mengabdikan diri kepada Allah SWT guna mengharap kesenangan di dunia dan akhirat serta mengharap rida dan cinta-Nya. Sebagaimana Allah SWT berfirman: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaku”. (QS. Az-Zariyat: 56).

Salah satu contoh ibadah adalah sedekah. Sedekah adalah pemberian sesuatu kepada orang yang membutuhkan, semata-mata hanya mengharap rida dan pahala dari Allah SWT tanpa ditentukan waktu dan jumlahnya. Sedekah memiliki kedudukan penting dalam kehidupan manusia yang dapat menjadikan manusia bisa lebih dekat dengan Allah SWT.

Allah SWT berfirman surat al-Baqarah ayat 245: "Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah SWT, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT), maka Allah SWT akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah SWT menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan". (QS. Al-Baqarah: 245).

Ayat di atas menggambarkan bahwa sedekah memiliki makna mendermakan atau menyisihkan harta untuk mengharapkan keridaan Allah SWT, yaitu dengan memberi sedekah kepada fakir, miskin, kerabat atau orang lain dengan hati ikhlas, dan hanya mengharap rida Allah SWT untuk mendapatkan pahala yang berlipat ganda baik di dunia maupun di akhirat.

Hakikatnya, harta yang disisihkan untuk bersedekah bukan semata-mata berkurang, melainkan akan bertambah, meskipun tidak langsung ada dihadapan hamba-Nya. Allah SWT akan memberikan timbal baliknya sesuai dengan yang dibutuhkan,karena dalam al-Qur'an pun banyak sekali ayat yang menjelaskan tentang balasan untuk orang yang mengeluarkan hartanya dijalan kebaikan.

Pembahasan surah al-Baqarah ayat 264 juga menggarisbawahi pentingnya menjaga keikhlasan dalam setiap amal ibadah, khususnya dalam hal sedekah, karena pahala yang didapatkan bisa hilang jika tidak diiringi dengan niat yang tulus. Selain itu, ayat ini juga mengandung pelajaran tentang pentingnya menjaga hati dari penyakit-penyakit seperti riya yang dapat merusak amal-amal kebajikan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis tertarik untuk menguraikan lebih rinci mengenai orang yang bersedekah dengan tujuan riya, menyebut-nyebut sedekahnya, dan menyakiti perasaan penerimanya serta menjelaskan permasalahan dalam bentuk karya ilmiah dengan judul "Penafsiran Surah Al-Baqarah Ayat 264".

Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan di atas, maka dapat dirumuskan hal-hal yang menjadi pokok permasalahan dari pembahasan ini, yaitu:

  • Bagaimana qawa'id tafsir surah al-Baqarah ayat 264?
  • Bagaimana qawa'id lughah surah al-Baqarah ayat 264?
  • Bagaimana fawaid ayat surah al-Baqarah ayat 264?

Tujuan Penelitian

1.

Untuk mengetahui qawa'id tafsir surah al-Baqarah ayat 264.

2.

Untuk mengetahui qawa'id lughah surah al-Baqarah ayat 264.

3.

Untuk mengetahui fawaid ayat surah al-Baqarah ayat 264.